Kamis, 15 Maret 2012

ASKEP KRISIS TYPOID

ASKEP KRISIS TIROID

A.    Defenisi
Krisis tiroid merupakan suatu keadaan klinis hipertiroidisme yang paling berat mengancam jiwa, umumnya ini timbul pada pasien dengan dasar penyakit Graves atau Struma multinodular toksik, dan berhubungan dengan faktor pencetus : infeksi, operasi, trauma, zat kontras beriodium, hipoglikemia, partus, stress emosi, penghentian obat anti tiroid, ketoasidosis, tromboemboli paru, penyakit serebrovaskuler/strok, palpas tiroid terlalu kuat.

B.    Etiologi
Krisis tiroid dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus, peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif HT terhadap pelepasan keduanya.
Krisis tiroid akibat malfungsi hipofisi memberikan gambaran kadar HT dan TSH yang tinggi. TRF akan rendah karena umpan balik negatif dari HT dan TSH. Krisis tiroid akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan HT yang tinggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
1.    Penyebab utama
a.    Penyakit Grave
b.    Toxic multinodular
c.    “Solitary toxic adenoma”
2.    Penyebab lain
a.    Tiroiditis
b.    Penyakit troboblastis
c.    Ambilan hormon tiroid secara berlebihan
d.    Pemakaian yodium yang berlebihan
e.    Kanker pituitari
f.    Obat-obatan seperti Amiodarone
C.    Patofisiologi





























D.    Manifestasi klinis
1.    Peningkatan frekuensi denyut jantung
2.    Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap katekolamin
3.    Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran terhadap panas, keringat berlebihan
4.    Penurunan berat, peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik)
5.    Peningkatan frekuensi buang air besar
6.    Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid
7.    Gangguan reproduksi
8.    Tidak tahan panas
9.    Cepat letih
10.    Tanda bruit
11.    Haid sedikit dan tidak tetap
12.    Pembesaran kelenjar tiroid
13.    Mata melotot (exoptalmus)

E.    Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosa bergantung kepada beberapa hormon berikut ini :
Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid.
1.    TSH(Tiroid Stimulating Hormone)
2.    Bebas T4 (tiroksin)
3.    Bebas T3 (triiodotironin)
4.    Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrabunyi untuk memastikan pembesaran kelenjar tiroid
5.    Tiroid scan untuk melihat pembesaran kelenjar tiroid
6.    Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum
7.    Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan hiperglikemia
F.    Komplikasi
Komplikasi Krisis tiroid yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik (thyroid storm). Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan HT dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia (sampai 106°F), dan, apabila tidak diobati, kematian.
Penyakit jantung Hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati Graves, infeksi karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid. Krisis tiroid : mortalitas

G.    Penatalaksanaan
1.    Konservatif
Tata laksana penyakit Graves
a.    Obat Anti-Tiroid. Obat ini menghambat produksi hormon tiroid. Jika dosis berlebih, pasien mengalami gejala hipotiroidisme.Contoh obat adalah sebagai berikut :
1)    Thioamide
2)    Methimazole dosis awal 20 -30 mg/hari
3)    Propylthiouracil (PTU) dosis awal 300 – 600 mg/hari, dosis maksimal 2.000 mg/hari
4)    Potassium Iodide
5)    Sodium Ipodate
6)    Anion Inhibitor
b.    Beta-adrenergic reseptor antagonist. Obat ini adalah untuk mengurangi gejala-gejala hipotiroidisme. Contoh: Propanolol




2.    Surgical
a.    Radioaktif iodine.
Tindakan ini adalah untuk memusnahkan kelenjar tiroid yang hiperaktif
b.    Tiroidektomi.
Tindakan Pembedahan ini untuk mengangkat kelenjar tiroid yang membesar

























ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian
1.    Aktivitas atau istirahat
a.    Gejala : Imsomnia, sensitivitas meningkat, Otot lemah, gangguan koordinasi, Kelelahan berat
b.    Tanda : Atrofi otot
2.    Sirkulasi
a.    Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina)
b.    Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, Peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia saat istirahat. Sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis)
3.    Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih ( poliuria, nocturia), Rasa nyeri / terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), Infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan abdomen, Diare, Urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi), Bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare).
4.    Integritas / Ego
a.    Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi.
b.    Tanda : Ansietas peka rangsang
5.    Makanan / Cairan
a.    Gejala : Hilang nafsu makan, Mual atau muntah. Tidak mengikuti diet : peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (tiazid).
b.    Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, Pembesaran thyroid (peningkatan kebutuhan metabolisme dengan pengingkatan gula darah), bau halitosis atau manis, bau buah (napas aseton).
6.    Neurosensori
a.    Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot parasetia, gangguan penglihatan
b.    Tanda : Disorientasi, megantuk, lethargi, stupor atau koma ( tahap lanjut), gangguan memori ( baru masa lalu ) kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD menurun; koma). Aktivitas kejang ( tahap lanjut dari DKA)
7.    Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
8.    Pernapasan
a.    Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen (tergantung adanya infeksi atau tidak)
b.    Tanda : sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi), frekuensi pernapasan meningkat

B.    Diagnosa Keperawatan
1.    Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung
2.    Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi
3.    Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan)






C.    Perencanaan / Intervensi.
Dx. I :
a.    Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika memungkinkan. Perhatikan besarnya tekanan nadi.
Rasional : Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat dari vasodilatasi perifer yang berlebihan dan penurunan volume sirkulasi
b.    Periksa kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan pasien.
Rasional : Merupakan tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigen oleh otot jantung atau iskemia
c.    Auskultasi suara nafas. Perhatikan adanya suara yang tidak normal (seperti krekels)
Rasional : S1 dan murmur yang menonjol berhubungan dengan curah jantung meningkat pada keadaan hipermetabolik

Dx. II :
a.    Pantau tanda vital dan catat nadi baik istirahat maupun saat aktivitas.
Rasional : Nadi secara luas meningkat dan bahkan istirahat , takikardia mungkin ditemukan
b.    Ciptakan lingkungan yang tenang.
Rasional : Menurunkan stimulasi yang kemungkinan besar dapat menimbulkan agitasi, hiperaktif, dan imsomnia
c.    Sarankan pasien untuk mengurangi aktivitas
Rasional : Membantu melawan pengaruh dari peningkatan metabolisme







Dx. III :
a.    Catat adanya anoreksia, mual dan muntah.
Rasional : Peningkatan aktivitas adrenergic dapat menyebabkan gangguan sekresi insulin/terjadi resisten yang mengakibatkan hiperglikemia
b.    Pantau masukan makanan setiap hari, timbang berat badan setiap hari Rasional : Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid
c.    Kolaborasi untuk pemberian diet tinggi kalori, protein, karbohidrat dan vitamin.
Rasional : Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan zat-zat

D.    Implementasi
Dx. I :
a.    Memantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika memungkinkan. Perhatikan besarnya tekanan nadi.
b.    Memeriksa kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan pasien.
c.    Mengauskultasi suara nafas. Perhatikan adanya suara yang tidak normal (seperti krekels)

Dx. II :
a.    Memantau tanda vital dan catat nadi baik istirahat maupun saat aktivitas.
b.    Menciptakan lingkungan yang tenang.
c.    Menyarankan pasien untuk mengurangi aktivitas

Dx. III :
a.    Mencatat adanya anoreksia, mual dan muntah.
b.    Memantau masukan makanan setiap hari, timbang berat badan setiap hari
c.    Berkolaborasi untuk pemberian diet tinggi kalori, protein, karbohidrat dan vitamin.

Dx. IV :
a.    Observasi adanya edema periorbital Rasional : Stimulasi umum dari stimulasi adrenergik yang berlebihan
b.    Evaluasi ketajaman mata Rasional : Oftalmopati infiltratif adalah akibat dari peningkatan jaringan retroorbita
c.    Anjurkan pasien menggunakan kaca mata gelap

E.    Evaluasi
Dx. I    S    :    Klien mengatakan tidak lemas lagi
    O    :    Tekanan darah pasien mulai normal
    A    :    Masalah teratasi sebagian
    P    :    Intervensi dilanjutkan

Dx. II    S    :    Klien mengatakan perasaan lemas sudah mulai berkurang.
    O    :    Klien kelihatan bersemangat
    A    :    Masalah teratasi sebagian
    P    :    Intervensi dilanjutkan

Dx. III    S    :    Klien mengatakan nafsu makan mulai ada
    O    :    Porsi yang disajikan habis, BB mulai normal
    A    :    Masalah teratasi sebagian
    P    :    Intervensi dilanjutkan







DAFTAR PUSTAKA


1.    Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi 8), EGC, Jakarta.
2.    Carpenito, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, (Edisi 2), EGC, Jakarta
3.    Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta
4.    Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan, (Edisi III), EGC, Jakarta.
5.    FKUI, 1979, Patologi, FKUI, Jakarta
























Tidak ada komentar:

Posting Komentar